Tak bisa dipungkiri memang ada yang ke kuburan untuk mencari wangsit, meminta-minta ke orang mati. Kebanyakan memang orang awam. Tapi kalo ada anak ke sekolah, di sekolah kok ribut sendiri, maka yang dilarang itu ributnya atau datangnya ke sekolah? Atau malah sekolahnya saja yang dibakar? Namanya juga anak-anak, harusnya kita ingatkan dengan baik.
Jika kita hidup di Indonesia, memang seolah yang suka sekali ke kuburan itu orang-orang yang kebetulan mengaku bermadzhab syafi’i. Maka, mereka sering disebut Kuburiyyun. Tapi jika kita baca literatur sejarah ulama masa lalu, tak hanya mereka yang mengaku bermadzhab Syafi’i saja yang rajin ke kuburan orang shalih. Bahkan ulama-ulama madzhab Hanbali juga rajin ke kuburan. Tak percaya? Kita baca salah satu cerita dibawah ini.
Ibnu al-Jauzi al-Hanbali (w. 597 H)
Sebut saja Ibnu al-Jauzi (w. 597 H). Beliau ini bukan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H), meskipun keduanya termasuk ulama madzhab Hanbali.
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ubaidullah al-Baghdadi al-Hanbali. Nasab beliau sampai kepada Shahabat Abu Bakar as-Shiddiq radhiyaAllahu anhu [1].
Beliau karangannya sangat banyak. Disebutkan bahwa karangannya sampai dua ratus lima puluhan judul. Diantara yang terkenal adalah Talbis Iblis, al-Maudhu’at, Shafwat as-Shafwah, Zaad al-Masir, Shaid al-Khathir, Minhaj al-Qashidin dan masih banyak lagi.
A. Baliau dan Jama’ahnya Ziarah ke Kuburan Imam Ahmad bin Hanbal
Dalam kitab Dzail Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H) menceritakan [2]; suatu ketika Ibnu al-Jauzi (w. 597 H) berkata:
قال:
وتكلمت في جامع المنصور هذه الأيام. فبات ليلته في الجامع خلق كثير. وختمت
الختمات. واجتمع الناس بكثرة. فحرز الجمع بمائة ألف. وتاب خلق كثير. وقطعت
شعورهم، ثم نزلت فمضيت إلى قبر أحمد. فتبعني خلق كثير حرزوا بخمسة آلاف
Saya berbicara di al-Jami’ (masjid) al-Manshur hari-hari ini. Banyak orang menginap disitu, mereka juga mengkhatamkan al-Qur’an berkali-kali. Orang-orang bertambah banyak, hingga sampai seratus ribuan orang. Banyak yang bertaubat disana. Lalu saya turun dari masjid dan menuju kuburan Imam Ahmad bin Hanbal. Orang-orang banyak yang mengikuti saya, sampai sekitar lima ribuan orang.
Beliau beserta sekitar 5 ribuan jama’ahnya ziarah ke makam Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) di Baghdad, di pekuburan Bab Harb di Daerah Harbiyyah. Kuburan Imam Ahmad ini memang banyak yang menziarahinya, sebagaimana dikatakan oleh sejarawan Ibnu Khallikan (w. 681 H) [3].
Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa makam Imam Ahmad bin Hanbal memang diziarahi umat muslim, Imam Ibnu al-Jauzi (w. 597 H) dan para jama’ahnya juga berziarah kesana.
B. Jika Sedang Galau, Beliau ke Kuburan Orang Shalih
Dalam sebuah kitab beliau yang cukup terkenal; Shaidu al-Khathir beliau menuliskan saat beliau galau [4]:
وكثر ضجيجي من مرضي، وعجزت عن طب نفسي، فلجأت إلى قبور الصالحين، وتوسلت في صلاحي
Saya banyak mengeluh dari sakit. Saya merasa lemah terhadap kebaikan diri saya sendiri. Maka saya pun pergi ke kuburan orang-orang shalih. Saya bertawassul demi kebaikan saya.
Memang beliau ini sering ke kuburan orang-orang shalih untuk bertawassul demi kebaikan dirinya.
C. Beliau Menganjurkan Untuk Sering ke Kuburan Orang-Orang Shalih
Tak hanya itu, beliau juga menganjurkan kepada orang lain untuk sering-sering ziarah ke kuburan orang-orang shalih. Beliau tuliskan dalam buku yang sama [5]:
وليجعل خلوته أنيسه، والنظر في سير السلف جليسه! ولتكن له وظيفة من زيارة قبور الصالحين والخلوة بها!
Dan sebaiknya seorang itu membiasakan diri menyendiri (khalwat), sering membaca teladan-teladan para ulama salaf. Sebaiknya seorang juga membiasakan diri untuk ziarah ke kuburan orang-orang shalih dan berkhalwat disana.
Disini saya tidak sedang mengarang, ini tulisan asli beliau di kitabnya. Jadi, memang membiasakan diri menziarahi kuburan orang shalih itu, tidak hanya tradisi dari kalangan yang mengaku bermadzhab syafi’i saja.
D. Selepas Beliau Wafat, Banyak Orang yang Menginap di Kuburannya
Ad-Dzahabi (w. 748 H) menceritakan kejadian saat Imam Ibnu al-Jauzi (w. 579 H) wafat [6]:
وأنزل في الحفرة، والمؤذن يقول: الله أكبر، وحزن عليه الخلق، وباتوا عند قبره طول شهر رمضان يختمون الختمات، بالشمع والقناديل
Jenazah Imam Ibnu al-Jauzi di turunkan ke liang lahat. Saat muadzin bertakbir “Allahu akbar”, banyak orang yang bersedih. Mereka menginap di kuburannya sepanjang bulan ramadhan. Mereka mengkhatamkan al-Qur’an disana dengan diterangi lilin dan lampu teplok.
Jadi, menginap di kuburan untuk baca al-Qur’an itu tak hanya tradisi ke-Indonesia-an saja. Di Baghdad abad ke-6 Hijriyyah pun sudah ada. Bahkan yang melakukannya bukanlah mereka yang mengaku bermadzhab syafi’i, tetapi Hanbali.
E. Maktabah Syamilah tidak Beres?
Entah disengaja atau tidak, dua kata [قبور الصالحين] dalam kitab Shaidu al-Khathir karya Ibnu al-Jauzi (w. 597 H) hal. 93 dan 426, pada Maktabah Syamilah versi 3.51 dirubah menjadi [قبول الصالحين], dirubah ra’nya menjadi lam. Tentunya maknanya menjadi sangat beda.
Husnuddzannya barangkali salah ketik saja. Tetapi jika salah ketik, kenapa sampai dua kali salahnya. waAllahu a’lam.
Ketika Ibnu Taimiyyah al-Harrani Wafat (w. 728 H)
Hal yang lebih menarik malah ketika Ibnu Taimiyyah al-Harrani wafat. Ibnu Katsir (w. 774 H) menceritakan dengan panjang lebar kejadian-kejadian yang terjadi saat Ibnu Taimiyyah wafat, dalam kitabnya al-Bidayah wa an-Nihayah. InsyaAllah akan kita ceritakan pada kesempatan yang lain.
Terkait ziarah ke kuburan Ibnu Taimiyyah (w. 728 H), Ibnu Katsir menuliskan [7]:
وتردد الناس إلى قبره أياما كثيرة ليلا ونهارا يبيتون عنده ويصبحون
Orang-orang banyak yang berziarah ke kuburannya (Ibnu Taimiyyah) selama beberapa hari, siang dan malam, bahkan banyak yang menginap disana.
Sebenarnya, mau ke kuburan atau tidak itu terserah saja silahkan. Toh, kemusyrikan tak hanya ada di kuburan saja. Justru sekarang kemusyrikan menjelma dalam bentuk lain. Banyak penyembah harta, penyembah atasan, penyembah kecantikan, penyembah ketenaran. Malahan untuk menyadarkannya, haruslah dengan banyak-banyak ingat kematian. Semoga kita semua dikumpulkan bersama-sama orang shalih nanti di akhirat.
Untuk lebih serunya, mungkin bisa dibaca di kitab ar-Ruh karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah al-Hanbali (w. 751 H) atau kitab Ahwal al-Qubur karya Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H). waAllahu a'lam bisshawab.
Footnote:
[1] Ad-Dzahabi Syamsuddin Abu Abdillah (w. 748 H), Siyar A’lam an-Nubala’, (Muassasah ar-Risalah, 1405 H), hal. 21/ 365
[2] Ibnu Rajab Zainuddin Abdurrahman al-Hanbali (w. 795 H), Dzail Thabaqat al-Hanabilah, (Riyadh: Maktabah al-Ubaikan, 1425 H), hal. 2/ 464
[3] Ibnu Khallikan al-Barmaki al-Irbili Ahmad bin Muhammad, Wafayat al-A’yan, (Bairut: Daar as-Shadir, 1900 M), hal. 1/ 66
[4] Ibnu al-Jauzi Jalamuddin Abu al-Faraj (w. 597 H), Shaidu al-Khathir, (Damaskus, Daar al-Qalam, 1425 H), hal. 93
[5] Ibnu al-Jauzi Jalamuddin Abu al-Faraj (w. 597 H), Shaidu al-Khathir, hal. 426
[6] Ad-Dzahabi Syamsuddin Abu Abdillah (w. 748 H), Siyar A’lam an-Nubala’, hal. 21/ 379
[7] Ibnu Katsir Abu al-Fida’ Ismail bin Umar (w. 774 H), al-Bidayah wa an-Nihayah, (Bairut: Daar al-Fikr, 1407 H), hal. 14/ 136
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
ReplyDeleteLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM sekaligus melindungi dari musibah – KHUSUSNYA PARA AHLUL BAIT : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin.
YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHAHBIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA KAUM MUSLIM.
YA ALLAAH, CURAHKANLAH KASIH SAYANG-MU KE SEANTERO SEMESTA SEKALIGUS LINDUNGILAH DARI BENCANA – KHUSUSNYA KAUM MUSLIM.
—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
———————
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra Ali – Bintaro Jaya, Tang-Sel, Banten, Indonesia