Sunday, November 27, 2011

Ahlul Bait adalah keturunan Sayidatina Fatimah

Ada banyak hadis yang menjelaskan bahwa ahlul bait adalah keturunan Sayidatina Fatimah. Hadis-hadis ini mudah didapat dari berbagai sumber. Berikut ini beberapa hadis tersebut:

Sumber: https://www.facebook.com/topic.php?uid=89898810391&topic=15030

at-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis daripada Ummul Mukminin Ummu Salamah r.a mengenai kisah turunnya surah Ahzab 33:

“Ayat ini (surah al-Ahzab: 33) turun di rumahku. Ketika itu Ali, Fatimah, Hasan dan Husain sedang berkumpul. Rasulullah menyelimuti mereka dengan sehelai kain kisa’ (jenis pakaian yang sangat longgar) lalu bersabda, “Ya Allah, mereka inilah ahlul baitku. Hilangkanlah kotoran (dosa) daripada mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.” 

Hadis ini juga diriwayatkan melalui pelbagai sanad dengan matan yang sedikit berbeda namun serupa maksudnya.

Dari hadis tersebut, jelaslah bahwa Ahlul Bait dalam ayat tersebut adalah terdiri daripada sayidina Ali ra, Sayidatina Fatimah ra, Sayidina Hasan ra dan Sayidina Husain ra, dan tentu saja termasuklah Rasulullah saw sendiri. 

Kemudian keturunan baginda Nabi saw adalah bernasab kepada sayidina Hasan dan Husain ra, karena hanya dari mereka berdualah keturunan Rasulullah saw ada hingga hari ini.

Salah satu keistimewaan sayidatina Fatimah az Zahra adalah dari keterangan Rasulullah SAW, bahwa anak-anak Fatimah r.a itu bernasab kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda ; Artinya :

“Semua bani Untsa (Manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fatimah, maka kepada akulah(Rasulullah SAW) bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (H.R. Tabrani).

Imam Suyuti dalam kitab “Aljamik As Shohir” Juz 2 halaman 92. Menerangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda : Artinya : “Semua Bani Adam (Manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (Ikatan keturunan mereka).” (H.R. At-Tabrani dan Abu Ya’la).

Dalam tafsir Al-Manar Syekh Muhammad Abduh mengutip sabda Rasulullah SAW : Artinya : “Semua anak adam (Manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah(Rasulullah SAW) ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka". 

Rasulullah saw bersabda : Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahlul Bait ku di antara kaliah adalah seperti kapal Nuh diantara kaumnya. Barang siapa menaikinya ia pun selamat dan siapa pun tertinggal olehnya ia pun tenggelam” (H.R. Muslim)

Selain itu, jika anda percaya hari Kiyamat, maka banyak disebutkan bahwa sebelum kiyamat akan muncul Imam Mahdi. Ini banyak disebut di dalam hadits. Siapakah imam Mahdi yang akan membela kaum muslim itu?

Dari Said bin al-Musayyab RH, dia berkata, “Kami berada bersama-sama dengan Ummu Salamah RA, lalu kami saling menyebut-nyebut al-Mahdi, maka dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Al-Mahdi adalah dari anak keturunan Fatimah.” (Ibnu Majah)

Ummu Salamah RA, Ummul Mukminin, menceritakan bahawa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Al-Mahdi adalah dari keturunanku, dari anak cucu Fatimah.” (Abu Daud & Ibnu Majah)

Dari Imran bin al-Husain RA katanya, Rasulullah SAW bersabda kepada anaknya Fatimah RA, “Khabarkanlah berita gembira, bahawa al-Mahdi itu adalah dari (keturunan) kamu.” (Ibnu Asakir)

Jadi kesimpulannya, keturunan baginda Nabi saw itu exist sampai sekarang bahkan sampai menjelang Kiyamat kelak. Dan mereka itu adalah dari jalur/nasab Sayidatina Fatimah dan Ali ra, Hasan ra, dan Husain ra.

Tokoh Liberal: Mun'im A. Sirry


Beberapa waktu lalu ada yang berkomentar di blog saya bahwa ada penelitian yang menyatakan bahwa orang yang mengaku habib/sayid itu kebanyakan bukan benar-benar keturunan Nabi. Saya sendiri belum membaca papernya, namun cuma dapat informasi bahwa pengarangnya adalah "Mun'im A Sirry". Saya cek tentang orang ini, ternyata dia adalah tokoh liberal. Berikut ini keterangan tentang pengarang tersebut:

Sumber: http://vuax.blogspot.com/2011/06/membuka-kedok-tokoh-tokoh-liberal-dalam.html

Mun'im A. Sirry, Dia adalah peneliti pada Yayasan Wakaf Paramadina. Ia pernah nyantri di Pondok Pesantren TMI al-Amien Prenduan Sumenep Madura (1983-1990) di bawah asuhan KH. Moh. Idris Jauhari. Ia menyelesaikan S1 dan S2 pada Faculty of Saria'a and Law International Islamic Univercity, Islamabad, Pakistan (1990-1996) dan menerima beasiswa Fullbright untuk melanjutkan studinya ke Amerika Serikat. Beberapa karya tulisnya adalah Membendung Militansi Agama (Jakarta: Penerbit Erlangga, September 2003), Dilema Islam Dilema Demokrasi: Pengalaman Baru Muslim dalam Transisi Indonesia (Jakarta: Gugus Media, Mei 2002), Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar (Jakarta: Risalah Gusti, Juli 1995) ci-author Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta: Gramedia, 2002), Melawan Hegemoni Barat (Jakarta: Penerbit Lentera, 1999), editor dan penerjemah buku Islam Liberalisme Demokrasi (Jakarta: Paramadina, 2002). Menerjemahkan beberapa buku antara lain Islam Ditelanjangi.
"Prestasi" Mun'im dalam mengembangkan paham pluralisme di tanah air terukir dengan dikeluarkannya buku berjudul Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif- Pluralis yang diterbitkan Yayasan Wakaf Paramadina bekerja sama dengan The Asia Foundation pada 2003. Buku ini cukup menghebohkan dan menuai banyak kritikan. Berbagai debat, diskusi, dan seminar diadakan membahas buku tersebut. Bahkan ada beberapa buku terbit khusus men-counter keberadaan buku tersebut. Walhasil, hanya dalam waktu 1,5 tahun buku Fiqih Lintas Agama sudah naik cetak sampai 7 kali cetak.
Buku tersebut ditulis bareng-bareng oleh sebuah tim yang terdiri dari Zainun Kamal, Nurcholish Majid, Masdar F. Mas'udi, Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar-Rahman, Kautsar Azhari Noer, Zuhairi Misrawi, dan Ahmad Gaus AF. Dalam kata pengantarnya Mun'im menyatakan maksud dikeluarkannya buku tersebut.
"Sejauh yang kita amati, Fiqih klasik cenderung mengedepankan sudut pandang antagonistik bahkan penolakan terhadap komunitas agama lain. Banyak konsep Fiqih menempatkan penganut agama lain lebih rendah ketimbang umat Islam sehingga berimplikasi meng-exlude atau mendiskreditkan mereka. Buku ini lahir dari keprihatinan itu sembari bermaksud membuka lanskal keberagamaan yang lebih jauh terbuka dan toleran." (kata pengantar editor, hal. X)
Buku tersebut terdiri dari empat bagian. Bagian pertama tentang Pijakan Keislaman bagi Fiqih Lintas Agama (berisi Ajakan Titik Temu Antar Agama, Semua Agama adalah Kepasrahan kepada Tuhan, Konsep Ahli Kitab, Kesamaan Agama), bagian kedua tentang Fiqih yang Peka Keragaman Ritual Meneguhkan Inklusivisme Islam (berisi Mengucapkan Salam Kepada Non Muslim, Mengucapkan Selamat Natal dan Hari Raya Agama Lain, Menghadiri Perayaan Hari Besar Agama Lain, Do'a Bersama dan Mengijinkan Non Muslim Masuk Masjid), bagian ketiga tentang Menerima Agama Lain Membangun Sinergi Agama-Agama (berisi Fiqih Teosentris, Konsep Ahlu Dzimmah, Konsep Jizyah, Kawin Beda Agama, Waris Beda Agama, Budaya Menerima yang Lain) dan bagian terakhir tentang Meretas Kerjasama Lintas Agama (berisi Bentuk-bentuk Dialog Agama dan Bentuk-bentuk Kerjasama).
Dalam buku tersebut, tanggapan paling banyak adalah soal nikah beda agama. Dikatakan di dalam buku tersebut, "Soal pernikahan laki-laki non-Muslim dengan wanita Muslim merupakan wilayah ijtihadi dan terikat dengan konteks tertentu, diantaranya konteks dakwah Islam pada saat itu. Yang mana jumlah umat Islam tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar agama merupakan sesuatu yang terlarang. Karena kedudukannya sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan laki-laki non-Muslim atau pernikahan beda agama secara lebih luas amat diperbolehkan, apa pun agama dan aliran kepercayaannya." (hal. 164)
Penutup
Kalau melihat apa yang pernah dikerjakannya, nampaknya memang betul-betul liberal.

Saturday, November 26, 2011

Ziarah Kubur

Sumber: http://mubas.wen.ru/aqidah/09_Ziarah_Kubur.txt

ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi , dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : "Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah". (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan "Assalaamu alaikum Ahladdiyaar minalmu minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As alullah lana wa lakumul aafiah.." (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yang terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan  ucapan "Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian".

Rasul saw berbicara kepada yang mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : "wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai  Utbah bin Rabi , wahai syaibah bin rabi ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yang dijanjikan Allah pada kalian..!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!", maka berkatalah Umar bin Khattab ra : "wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu", Rasul saw menjawab : "Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab" (shahih Muslim hadits no.6498).

Makna ayat : "Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yang telah mati".
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yang dimaksud orang yang telah mati adalah orang kafir yang telah mati hatinya dengan kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yang terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yang telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : "walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yang paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yang masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yang paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yang menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dengan riwayat Marfu  bahwa : "tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya", dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yang hidup, dan salam hanya diucapkan pada yang hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yang mutawatir (riwayat yang sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yang hidup ke kuburnya". Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).

Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yang biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw bertanya : "mengapa kalian tak mengabarkan padaku, tunjukkan padaku kuburnya" seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : "Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka" (shahih Muslim hadits no.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)". (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)

Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra" (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052). Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yang pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yang mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yang mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yang berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yang hanya akan menipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil dan lemah.

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yang mengharamkan doa di kuburan, sungguh yang mengharamkan doa dikuburan adalah orang yang dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Walillahittaufiq

Thursday, November 24, 2011

Penjelasan Mengenai Penciptaan Nabi Adam

Sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/penjelasan-penciptaan-nabi-adam

Berikut ini beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan mengenai penciptaan Adam a.s.

Al Baqarah

  • 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Al Baqarah 30]
  • 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Al Baqarah 31
  • 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [Al Baqarah 32]
  • 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" [Al Baqarah 33
  • 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.  [Al Baqarah 34]
  • 35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [Al Baqarah 35
  • 36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." [Al Baqarah 36
  • 37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al Baqarah 37
  • 38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [Al Baqarah 38
  • 39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [Al Baqarah 39

Ali Imran

  • 59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.  [Ali Imran 59]

An Nisa

  • 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [An Nisaa 1

Al Hujuraat

  • 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al Hujuraat 13]

Al A'raf

  • 189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur." [Al A'raf 189
  • 11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. [Al A'raf 11
  • 12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."  [Al A'raf 12] 
  • 13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." [Al A'raf 13] 
  • 14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan."  [Al A'raf 14] 
  • 15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."  [Al A'raf 15] 
  • 16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,  [Al A'raf 16] 
  • 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).  [Al A'raf 17] 
  • 18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya." [Al A'raf 18] 

  • 19. (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."  [Al A'raf 19] 
  • 20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." [Al A'raf 20] 
  • 21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",  [Al A'raf 21] 
  • 22. maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"  [Al A'raf 22] 
  • 23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.  [Al A'raf 23] 
  • 24. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan."  [Al A'raf 24] 
  • 25. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.  [Al A'raf 25] 

Thaaha

  • 55. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,  [Thaaha 55]

Al Hijr

  • 26. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. [Al Hijr 26
  • 27. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. 
  • 28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
  • 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796]
  • 30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, 
  • 31. kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. 
  • 32. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"

  • 33. Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" 
  • 34. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, 
  • 35. dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat." 
  • 36. Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan[797]
  • 37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, 
  • 38. sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan[798]
  • 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, 
  • 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka." 
  • 41. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya)[800]
  • 42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. 
  • 43. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. 
  • 44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. 

Al Isra'

  • 61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" [Al Isra 61]
  • 62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil."

  • 63. Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. 
  • 64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861]
  • 65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga." 

Al Kahfi

  • 50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam[884], maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.  [Al Kahfi 50]

Thaaha

  • 115. Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan[947] kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.  [Thaaha 115]
  • 116. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.
  • 117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
  • 118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, 
  • 119. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya." 
  • 120. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?" 
  • 121. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia[949]
  • 122. Kemudian Tuhannya memilihnya[950] maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. 
  • 123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. 
  • 124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." 
  • 125. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" 
  • 126. Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." 

Shaad

  • 67. Katakanlah: "Berita itu adalah berita yang besar,  [Shaad 67]
  • 68. yang kamu berpaling daripadanya. 
  • 69. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. 
  • 70. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata." 
  • 71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." 
  • 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." 
  • 73. Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, 
  • 74. kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. 
  • 75. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?." 
  • 76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." 
  • 77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

  • 78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." 
  • 79. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan." 
  • 80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, 
  • 81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." 
  • 82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, 
  • 83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304]
  • 84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan." 
  • 85. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. 
  • 86. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. 
  • 87. Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. 
  • 88. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi[1305].

Daftar ini diambil dari buku "Kisah Para Nabi" karangan Ibnu Katsir

Friday, November 11, 2011

Amalan wanita yang dihargai sama dengan jihad


Penuturan Asma’ binti Yazid, bahwa ia pernah datang kepada Nabi saw., dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah utusan para wanita kepadamu… Sesungguhnya Allah SWT telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita seluruhnya hingga kami mengimanimu dan Tuhanmu. Namun, sungguh kami (kaum wanita) terbatasi dan terkurung oleh dinding-dinding rumah kalian (para suami), memenuhi syahwat kalian, dan mengandung anak-anak kalian. Sesungguhnya kalian, wahai para lelaki, mempunyai kelebihan daripada kami dengan berkumpul dan berjamaah, berkunjung kepada orang sakit, menyaksikan jenazah, menunaikan ibadah haji, dan—yang lebih mulia lagi dari semua itu—jihad di jalan Allah… Lalu adakah kemungkinan bagi kami untuk bisa menyamai kalian dalam kebaikan, wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw. lalu menoleh kepada wanita itu seraya bersabda, “Pergilah kepada wanita mana saja dan beritahulah mereka, bahwa kebaikan salah seorang di antara kalian dalam memperlakukan suaminya, mencari keridhaan suaminya dan mengikuti keinginannya adalah mengalahkan semua itu!”

Mendengar sabda Rasul itu, wanita itu pun pergi seraya bersuka-cita (HR al-Baihaqi).

Referensi: http://mutiarahaticenter.blogspot.com/2010/06/muthiah.html

Beberapa hal yang disukai Nabi di dunia

Telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (2/128), An Nasaai dalam "Isyratun-Nisaa"(7/61), dari jalan Sallam Abul Mundzir dari Tsabit dari Anas -rodliallohu anhu-  berkata : "Bersabda Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam "Telah dijadikan kecintaan kepadaku dari dunia : wanita, wangi-wangian, dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat." [Hadits ini hasan]

Bahkan disebutkan dalam Sunan An-Nasaai (6/217) dari hadits Anas -rodliallohu anhu-  berkata : "Tidak ada sesuatu yang paling disenangi Rasulullah '; setelah wanita dari kuda." [ hadits ini terdapat dalam "Al-Jami' Ash-Shahih Mimma Laisa Fis Shahihain" (3/344) karya Syaikh Al-Wadi'i Rahimahullah, dan beliau berkata tentang hadits ini : ini hadits hasan].




Dari Anas ra., Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Di antara duniamu yang dijadikan kecintaanku adalah wewangian dan wanita, dan telah dijadikan penyejuk hatiku di dalam solat.”
[H.R. Ahmad, An-Nasa’i, Hakim dan Al Baihaqi-hadis sahih]

Referensi:

Tuesday, November 8, 2011

Ringkasan Pembagian Manusia di Akhirat

Berikut ini adalah pembagian manusia berdasarkan jalur yang akan dialami pada hari akhir nanti. Artikel ini adalah rangkuman dari artikel

Nama Golongan Hisab Neraka Surga
"Bi ghairi hisab" ( golongan yang tidak dikenakan hisab ) - - selamanya
"Ashabul yamin" ( golongan yang menerima suratan di tangan kanan ) ya - selamanya
"Ashabul A'raf" (golongan yang berada diantara syurga dan neraka) ya - selamanya
"Ashabus syimal" (golongan yang menerima suratan di tangan kiri) ya sempat di neraka sesuai dengan dosanya selamanya
Kafir ya tinggal di neraka selamanya -
Munafik ya tinggal di neraka selamanya -

Golongan bi Ghairi Hisab adalah orang-orang yang tidak mengalami hisab di hari akhir. Golongan ini terdiri dari :

  • Para nabi dan rasul
  • Para wali
  • Para syuhada (orang yang mati syahid)
  • Para orang yang sabar
  • Para ahli makrifat

Ashabul yamin adalah orang soleh yang amalannya lebih banyak dari kejahatannya. Golongan ini sempat mengalami hisab dan kemudian masuk ke surga yang kekal abadi.

Ashabul A'raf adalah orang beriman yang amal kebaikan dan kejahatannya itu sama banyak. Mereka akan masuk surga setelah ada penduduk surga yang mau membagi amal kebaikan untuk mereka.

Ashabul Syimal adalah orang mukmin yang jahat / durhaka. Aqidah mereka Islam, namun kejahatan yang mereka buat lebih banyak dari kebaikannya. Golongan ini masuk neraka dulu untuk menebus kejahatannya, baru kemudian dimasukkan ke dalam Surga.

Orang kafir adalah orang-orang yang dari segi aqidah/keyakinan menolak aqidah Islam dan menampakkannya secara terus terang.

Orang munafik adalah orang-orang yang dari keyakinannya menolak aqidah Islam, namun penampilan fisiknya seperti orang Islam biasa.

Amalan paling penting bagi seorang muslim adalah shalat, karena inilah yang paling pertama diperiksa pada waktu hisab. Menurut Imam Syafi'ie, orang yang menyatakan shalat tidak wajib adalah termasuk orang kafir, sedangkan jika ia tidak shalat namun masih menyatakan bahwa shalat itu wajib, masih termasuk mukmin. Namun demikian orang mukmin yang tidak shalat akan susah keluar dari golongan Ashabus syimal.

Orang yang tidak shalat, maka semua amal baiknya tertolak karena shalat ini yang diperiksa paling dulu. Ada juga orang yang penampilannya baik walaupun tidak aqidahnya menolak Islam; orang yang seperti ini Allah saja yang tahu apa akhir hidupnya. Bisa jadi penampilan masih terlihat baik karena belum terkena ujian. Kalau sudah ada ujian baru terlihat mana yang aqidahnya betul, mana munafik, mana yang sesungguhnya kafir.

Orang mukmin adalah orang yang mempunyai keyakinan / aqidah yang tepat dan ditunjang oleh ilmu, bukan sekadar keyakinan ikut-ikutan. Detail dari peringkat-peringkat iman dapat dilihat di [daftar peringkat iman]. Daftar hal-hal dalam akidah yang perlu ada ilmunya dapat dibaca di ringkasan aqidah. Jika aqidah tidak dikuasai ilmu dan pengamalannya, takut-takut di akhirat terjerumus ke Ashabus syimal atau kafir/munafik.

 

 

 

Tuesday, November 1, 2011

Umur Umat Islam Dan Pemerintahan Islam

Rahasia umur manusia http://edessandro.blogspot.com/2012/08/rahasia-umur-manusia.html

Menurut PBB, penduduk bumi sudah mencapai 7 milyar. Jumlah ini dianggap terlalu banyak, sampai ada orang yang sibuk menganjurkan orang supaya tidak punya anak lagi.

Namun demikian, sebenarnya ada isu lain yang lebih penting bagi umat Islam, yaitu isu "umur umat Islam 1500 tahun", dihitung sejak tahun 622M. Periode 1500 tahun dalam kalender Hijriah kurang lebih sama dengan 1450 tahun dalam kalender Masehi. Jadi kalau ini benar, umat Islam akan ada di muka bumi sampai dengan tahun 622+1450 = 2072M. Hmm, berapa ya penduduk bumi di tahun 2072? Hadis-hadis yang dipakai dan perhitungan yang menghasilkan angka 1500 tahun dapat dibaca di [sini] atau di [sini]. Pada tulisan ini saya ingin meninjau umur umat Islam dari sisi lain, yaitu dari fase pemerintahan Islam di muka bumi.

Dalam Islam, adanya pemerintahan sesuai syariat adalah kewajiban yang sifatnya fardhu kifayah. Pada saat ini di muka bumi sudah lama tidak ada pemerintahan Islam sejak tahun 1924, sehingga orang awam kalau ditanya tentang pemerintah Islam kebanyakan tidak paham. Kekosongan pemerintahan Islam di muka bumi sudah dikabarkan oleh Nabi akhir zaman dalam hadis tentang fase-fase pemerintahan Islam di muka bumi sebagai berikut:
Artinya: “Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Lalu berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (Zaman Fitnah). Berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian berlakulah zaman penindasan dan penzaliman (Zaman Diktator) dan berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula Zaman Kekhalifahan (Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s.) yang berjalan di atas cara hidup Zaman Kenabian.” (Riwayat Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas, dan hadis-hadis lain serta fakta-fakta sejarah, urutan adanya pemerintahan Islam dapat dituliskan sebagai berikut:
  • Pemerintahan Nabi Muhammad SAW (sampai dengan tahun 11H/632M)
  • Pemerintahan Khulafaur Rasyidin (632M ~ 661M) (khalifah 4)
  • Pemerintahan para khalifah Islam , termasuk Bani Ummayah, Bani Abbasiyah , Turki Usmani (661M sampai dengan 1924M)
  • Zaman tanpa pemerintahan Islam (1924M sampai dengan sekarang, dan masih berlanjut sampai datangnya Imam Mahdi)

  • Zaman pemerintahan Imam Mahdi (sekitar 30 ~ 40 tahun)

  • Zaman pemerintahan Nabi Isa a.s.

  • Zaman pemerintahan Al Qahtani (sekitar 9 tahun)

Jika kita anggap, misalkan Imam Mahdi memerintah mulai pada tahun 2012, maka beliau akan memerintah sampai dengan tahun 2042/2052. Setelah itu akan dilanjutkan oleh pemerintahan Nabi Isa dan Al Qahtani, yang tidak disebutkan berapa lama. Setelah itu seluruh umat Islam akan dimatikan secara serentak di muka bumi yang berarti adalah akhir umur umat Islam. Setelah itu di muka bumi hanya akan ada orang bukan Islam, dan dunia tinggal menunggu datangnya kiamat. Jika dibandingkan dengan tahun 2072 sebagai akhir umur umat Islam, nampaknya masih berdekatan dengan kajian hadis tentang Imam Mahdi.

Kesimpulan

Jika Imam Mahdi muncul dalam waktu dekat ini, maka kajian tentang umur umat Islam 1500 tahun akan sesuai dengan hadis-hadis tentang fase pemerintahan Islam. Masalahnya sekarang tinggal: kapan Imam Mahdi muncul ?

Referensi

Sunday, October 23, 2011

Literatur tentang berjumpa dengan Rasulullah SAW


Beberapa buku yang membahas mengenai perjumpaan dengan Nabi:
  • Syaikh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani, Metode Bertemu Nabi, Darul Hikmah 2008. Judul Asli: Sa'adatu a-Dararain fi al-Shalati 'ala Sayyidi al-Kaunaini. Penerjemah: Alwi Fuadi
  • Abu Anas Abdul Aziz, Jumpai Aku Ya Rasul, Pena Pundi Aksara 2008. Judul Asli: Ra'aitun Nabiyya saw. ; 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-nabiyya. Penerjemah: Ahmad Shiddiq Thabrani, Lc. Link:Jumpai_Aku_Ya_Rasul
  • Husain Hasan Tomai, Masalah Berjumpa Rasulullah Ketika Jaga Selepas Wafatnya, Pustaka Aman Press Sdn BHD, 1989
Ilustrasi cover buku dan update selanjutnya dapat dilihat di laman berikut ini http://kawansejati.ee.itb.ac.id/wiki/index.php/Buku_yang_membahas_perjumpaan_dengan_Rasulullah

Thursday, September 29, 2011

Roh Dan Nafsu Ikut Tua Dengan Tuanya Badan

BERSABDA Rasulullah SAW :

Terjemahannya : Barang siapa yang mencapai umur 40 tahun tetapi kebaikannya tidak dapat mengatasi kejahatannya bersiap-siaplah untuk ke Neraka.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Dan bagaimana kita bisa selamat dari kemungkinan buruk itu? Apa harapan pada mereka yang kini sudah berumur 40 tahun ke atas, tapi belum lagi melakukan amal-amal soleh yang diperintahkan oleh Allah SWT? Insya-Allah pada tulisan ini akan coba diuraikan jawabannya dengan izin Allah SWT.

Perkembangan Lahir Batin Manusia

Sudah ditetapkan oleh Allah, bahwa semua makhluk termasuk manusia lahir ke dunia dalam keadaan belum sempurna. Kesempurnaan dicapai sesudah beberapa tahun mengalami proses pertumbuhan dan pembesaran yang berangsur-angsur. Manusia sendiri mengalami lima peringkat:

  1. Peringkat bayi.
  2. Peringkat anak-anak.
  3. Peringkat remaja.
  4. Peringkat dewasa.
  5. Peringkat tua.

Tiap-tiap peringkat mengambil waktu bertahun-tahun sebelum memasuki peringkat berikutnya. Hingga akhirnya manusia memasuki peringkat yang menurun, yakni kembali seperti sifat asal. Akhirnya mati. Demikianlah sunnatulah yang akan terus-menerus terjadi selama dunia belum kiamat.

Dalam setiap peringkat, manusia bukan saja mengalami perubahan-perubahan fisik, tetapi juga akal, hati, perasaan, nafsu dan tenaga lahir maupun batin. Proses itu terjadi dengan perlahan-lahan hingga sukar untuk diikuti. Sadar-sadar, seseorang sudah beralih dari bayi kepada anak-anak, kepada remaja, kepada dewasa dan tua. Apabila terjadi peralihan seperti itu, maka yang kelihatan berubah ialah raut mukanya, ukuran badannya dan kekuatannya. Terjadi juga perubahan-perubahan yang tidak kelihatan tapi dapat dirasakan, yakni fikiran, perasaan, jiwa, nafsu dan tenaga. Semuanya meningkat kepada kematangan yang memuncak, kemudian menurun kepada sifat asal. Proses ini mengambil waktu lebih 60 tahun untuk mencapai kesempurnaannya. Manusia yang umurnya tidak selama itu, tidak sempat mengalami kesempurnaan dalam pertumbuhan lahir batinnya.

Dari lima peringkat peralihan yang dialami oleh manusla itu, peringkat kematangan yang tertinggi ialah peringkat dewasa dan yang paling lemah ialah di peringkat bayi dan peringkat tua. Lihat firman Allah:

Terjemahnya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dan ketika, sedang dia saat itu belum merupakan sesuatu yang dapar disebut. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insan: 1-2)

Firman-Nya lagi :

Terjemahnya: Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurya niscaya Kami kembalikan dia kepada asal kejadiannya (lemah dan kurang akal). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaasin: 68)

Di peringkat anak-anak dan remaja, manusia mengalami perkembangan paling subur dan penting. Waktu inilah pendidikan dan ilmu pelajaran mudah diterima dan manusia diwarnai sesuai dengan bentuk pendidikan yang diterimanya. Daya penerimaan ini bergantung pada kekuatan faktor-faktor batiniah manusia ini, yakni akalnya, jiwanya, nafsunya, tenaganya dan perasaannya. Jika akal kuat, ilmu akan diperoleh dengan cepat dan banyak. Jika ilmu dan pendidikan yang diterima itu ilmu dan pendidikan yang baik maka suburlah jiwanya (rohnya), dengan sifat-sifat yang baik (mahmudah).

Sebaliknya pendidikan yang salah akan membuat nafsu menjadi liar dan merusak jiwa. Perasaan manusia bergantung kepada baik atau buruk didikan dan ilmu yang diperoleh. Jika pendidikan baik, maka perasaan akan jadi bersih dan halus. Tapi kalau pendidikan buruk, maka perasaannya jadi kasar dan keras. Demikianlah proses terjadinya perkembangan itu sedikit demi sedikit tanpa disadari. Manusia tidak dapat mengetahui bentuk jiwa atau akal dan nafsu seorang manusia lain, tetapi hasilnya dapat dilihat pada sikap, akhlak, percakapan dan jalan hidupnya. Kalau baik batin, baiklah kehidupan lahirnya, kalau jahat batin maka jahatlah kehidupan lahirnya.

Maksud Hadis:

Di dalam diri anak Adam ada sepotong daging, jika baik daging itu, baiklah manusia itu. jika jahat, maka jahatlah dia. ketahuilah itulah hati. (Riwayat Bukhari & Muslim)

Fisik meningkat karena dibantu oleh makanan dan kesehatan tubuh. Sedangkan batin manusia meningkat mengikuti ilmu dan didikan yang diterima. Tapi peningkatan ada batasnya. Sesudah batas itu, terjadilah penurunan dalam hidup manusia. Fisik mulai lemah dan batin pun juga mulai melemah. Di peringkat ini makanan selezat apapun tidak akan meningkatkan perkembangan lahir dan batinnya. Didikan yang sebaik apapun tidak bisa membentuk manusia lagi sebab zaman penurunan sudah bermula. Umpama bunga yang hendak gugur walau diberi pupuk sebanyak apapun, tidak dapat menahannya dari gugur.

Puncak Pertumbuhan Manusia

Tahap umur ketika manusia berada pada puncak pertumbuhan dan pada awal penurunan ialah 40 tahun. Pada waktu ini fisik sudah cukup dewasa. Akal, jiwa, perasaan dan nafsu sudah sampai ke puncaknya dan mulailah untuk lemah kembali. Kalau sewaktu umur 40 tahun kekuatan tenaganya sepuluh tenaga kuda, maka sesudah itu tidak akan bertambah lagi. Demikian juga akalnya, tidak akan berkembang lagi. Kalau cerdik, dia akan tetap cerdik. Kalau bodoh, tetap bodoh. Tidak terjadi lagi sesudah 40 tahun orang bodoh mau dicerdikkan. Kalau jiwanya kuat, ia akan tetap kuat, tidak bisa ditukar-tukar lagi. Begitu juga nafsunya kalau baik, ia akan terus baik, kalau jahat, jahat tetap akan jahat, sudah susah untuk dibentuk lagi. Demikianlah seterusnya.

Sebab itu seandainya kita ingin mewarnai hidup kita, lakukanlah sebelum 40 tahun, manusia sesudah usia ini tidak bisa dibentuk lagi. Sebab itu ada pepatah Melayu yang mengatakan:

"Melentur buluh biar dari rebungnya."

Rebung lembut, dapat dilenturkan. Tapi buluh sudah keras, tidak dapat dilenturkan lagi. Itulah maksudnya. Manusia kalau mau mencari harta, membangun kemewahan dalam hidup atau pangkat tinggi atau ingin memperjuangkan kebenaran, maka usaha kearah itu hendaklah dibuat pada awal-awal kehidupan dewasanya. Waktu itu lahir batinnya sudah cukup siap untuk diajak bekerja. Semua orang maklum akan hal ini. Sebab itu tak seorang pun pernah berkata :

"masa muda ini, aku akan gunakan untuk istirahat. Nanti kalau sudah tua baru aku akan cari harta, buka hutan, cari ilmu dan berkebun."

Kata-kata seperti itu sangatlah tidak masuk akal. Sebab manusia faham, apabila tua tenaga sudah lemah. Sebab itu orang-orang muda bekerja keras mencari harta untuk hari tuanya. Harta-harta yang didapatnya dikumpulkan dan disimpan untuk hari tua. Tapi itu hanya untuk keperluan lahiriah manusia. Pemahaman seperti ini hanya dimaksudkan pada keperluan fisik semata-mata. Manusia tidak faham dan tidak sadar bahwa keperluan batiniah juga begitu. Sebab itu kita selalu mendengar orang berkata:

"Waktu muda kita santai dulu. Nanti kalau sudah tua baru kita beribadah."

Orang ini berpikir bahwa beribadah itu mudah. Kalau teringat, langsung bisa dilakukan. Padahal dalam pengalaman hidup manusia, orang yang tidak dilatih beribadah sejak anak-anak, apabila sudah tua tidak akan mampu melakukannya. Walaupun keinginan untuk beribadahnya besar sekali. Kenapa? Sebab roh dan nafsu atau batin kita turut tua bersama tuanya umur dan badan kita. Batin atau roh dan nafsu kita mengalami proses tua dan muda, bertenaga dan lemah serta meningkat dan menurun secara bersamaan, seperti fisik kita (cuma tidak dapat dilihat oleh mata kasar). Kalau fisik kuat pada waktu muda, roh juga begitu. Kalau fisik harus berusaha untuk hari tuanya di masa mudanya, maka roh juga begitu. Kalau kita berkebun waktu muda, maka beribadah juga mesti dididik dan dilatih sejak muda (anak-anak). Hingga apabila tua nanti hanya tinggal meneruskannya, karena sudah terlatih dan terbiasa.

Sebagaimana tidak masuk akalnya orang ingin berkebun pada waktu tua, karena hendak beristirahat pada waktu muda begitulah tidak masuk akalnya orang mau memulai ibadah dan berjuang pada hari tuanya. Sedangkan waktu muda waktu dihabiskannya untuk berfoya-foya. Karena jiwa yang sudah menyatu dengan maksiat, nafsu yang begitu ganas dan rakus, tua dalam keadaan bergelumang dengan perbuatan-perbuatan jahat, tidak bisa diubah untuk menjadi jiwa yang taat lagi. Walaupun manusia itu ingin sekali berubah, namun rohnya sudah tidak siap lagi.

Umpama seorang pecandu narkotik, amat susah untuk menghentikannya dari ketagihan narkotik walaupun dia memang ingin berhenti. Sebab jiwa yang sudah biasa dengan sesuatu keburukan atau kebaikan hingga sifat itu telah menjadi tabiat, sukar untuk diubah. Apalagi kalau keinginan untuk berubah itu pada waktu umur 40 tahun ke atas, ketika tempo perubahan sudah selesai.

Sama juga halnya dengan seseorang yang sudah biasa makan nasi sebagai makanan asas dan utama, tiba-tiba mau menukarnya kepada roti. Seminggu saja sudah cukup untuk dia merasa menderita karena tidak dapat nasi. Sesudah itu pasti dia akan sedaya upaya mendapatkan nasi karena selera yang sudah terbiasa dan menyatu dengan nasi itu sudah tidak dapat disesuaikan dengan makanan lain. Walaupun empunya diri ingin berbuat begitu tapi seleranya tidak siap untuk menerimanya.

Demikianlah halnya dengan seseorang yang sudah 40 tahun berada di jalan syaitan dan nafsu, tidak beribadah kepada Allah. Kemudian baru tersadar dan ingin berubah maka adalah hampir-hampir mustahil baginya untuk berubah. Sebab itu Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya : Barang siapa yang menjangkau umur 40 tahun tapi kebaikannya tidak mengatasi kejahatannya, bersiap-siaplah untuk ke neraka.

Mengapa Rasulullah berkata demikian? Bukankah ampunan Allah dan pertolongan-Nya bisa mengatasi segala-galanya? Jawabnya ialah karena Rasulullah ingin memberitahu kita bahwa sifat-sifat yang baik, amal-amal soleh, akhlak yang mulia, nafsu yang jinak dan tenang, iman dan taqwa itu bukannya datang sendiri secara tiba-tiba. Perkara-perkara ini mesti dipelajari, dicari, diasuh, dididik, dilatih, diamalkan selalu sedari kecil lagi, barulah ia akan jadi sifat dan akhlak kita.

Seorang yang tidak berusaha untuk mencari kebaikan, sebaliknya menghabiskan umurnya untuk merancang dan melaksanakan kehendak-kehendak duniawi, nafsu dan syaitan, tentulah tidak begitu mudah untuk dimaafkan. Dan kalau sampai 40 tahun pun belum mau berusaha mengenali Allah dan taat kepada-Nya, sedangkan segala ilmu dunia dan kekayaan dunia sudah diperjuangkan begitu lama sekali, sudah selayaknya untuknya api neraka. Masakan tidak terfikir olehnya bahwa dia diciptakan oleh Allah, dan patut sekali mensyukuri nikmat itu dan berbakti pada Allah. Dan kalaulah hal itu pernah melintas dalam fikirannya, tapi sengaja tidak dipedulikan, karena mau sepuas-puasnya dengan dunia, hinggalah menjangkau 40 tahun lamanya, sungguh munasabah kalau orang seperti ini dilemparkan ke dalam Neraka. Tiada maaf baginya. Sesudah terasa susah payah dan lemah anggota baru teringat akan Allah sedangkan pada waktu senang dan kuat bertenaga, sangat durhaka pada Allah.

Manusia yang bersifat begini, memang patut disuruh bersiap-siap untuk ke Neraka. Dari hadis itu, kita juga dapat faham bahwa seseorang yang sudah biasa dan lama dalam kejahatan memang susah hendak diubah ke arah kebaikan. Harapannya tipis sekali. Umpama seorang yang sudah lama berpenyakit kudis, darah tinggi, kencing manis, sakit jantung atau semuanya sekaligus, sudah terlalu kronis, sudah hampir maut, baru teringat hendak datang kepada dokter untuk berobat.

Waktu mula-mula kena penyakit, tidak mau berobat karena dianggapnya tidak bahaya atau bisa tahan atau tunggu waktu yang baik. Apabila keadaan sudah serius, baru pergi berobat, tentu dokter akan berkata "tiada harapan lagi". Dokter tak salah berkata begitu. Pasien itu sendiri yang bersalah karena membiarkan sakit begitu lama baru ingat hendak berobat.

Demikian juga halnya dengan jiwa yang sakit. Oleh karena sudah lama dibiarkan, sudah menyatu dengan sikap dan akhlak yang keji, tentu sukar sekali untuk diobati. Nafsu yang sudah merajalela dalam diri memang sukar untuk dikendalikan. Jumpailah dokter walau seahli apa pun, kalau waktu untuk proses pendidikan jiwa itu sudah tamat maka mujahadah (melawan hawa nafsu) tidak akan berpengaruh lagi.

  • Setelah 40 tahun hati tidak kenal Allah, tidak kenal akhirat, islam, dan iman, tentu susah hendak menjadikannya yakin sesudah itu.
  • Umpama anak yang tidak tahu siapa ibunya, tiba-tiba waktu 40 tahun diperkenalkan kepada ibunya, tentu susah untuk menanam kasih sayang dan kecintaan kepada ibu tadi. Sebab kasih itu sudah diberikan kepada ibu angkatnya Begitulah susahnya orang yang sudah 40 tahun mengekalkan sifat sombong dan besar diri, untuk berjuang menjadi tawaduk atau rendah diri.
  • Sesudah 40 tahun mengekalkan sifat kikir, hingga sifat itu sudah menjadi akhlak dan perangainya, bukan mudah hendak mendidik hati jadi pemurah.
  • Sesudah 40 tahun menjadi pemarah dan pembengis, sulit untuk berubah menjadi pengasih dan lemah lembut.
  • Sesudah 40 tahun iri hati dengan sesama manusia, tentu tidak mudah untuk menjadi orang yang berlapang dada dengan manusia.
  • Sesudah 40 tahun tidak sabar, tidak redha, maka tentu susah untuk tiba-tiba berganti menjadi seorang yang sabar dan redha dengan ketentuan Allah.
  • Sesudah 40 tahun berpenyakit jiwa gila dipuji, gila pangkat, gila dunia, tentulah harapan tipis untuk berubah menjadi seorang yang zuhud. Bahkan ada orang yang sudah mau mati masih sanggup menyebut "harta saya", "kebun saya" dan "uang saya". Begitulah seterusnya!

Umat islam perlu fahami dan sadari benar-benar akan hakikat ini agar usaha-usaha membaiki diri lahir dan batin tidak ditunda-tunda lagi, supaya kita tidak menyesal dikemudian hari, karena menemukan segala-galanya sudah terlewat.

Perkara Batin Sulit Dibuat

Kita juga harus sadar bahwa untuk melakukan kebaikan, baik itu kebaikan lahir, apalagi batin, bukannya mudah. Sebenarnya ia lebih susah dari mencari rezeki, pangkat dan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Sebab kita terpaksa berhadapan dengan musuh-musuh batin yang sangat jahat yaitu nafsu dan syaitan. Musuh-musuh yang tidak pernah beristirahat untuk mencelakakan kita. Nafsu itu sudah lama kita turuti ajakannya. Sudah manja dan sudah gemuk karena mendapat layanan yang baik dari kita. Sebab itu walaupun kita sudah sadar keterlanjuran selama ini, namun terasa susah sekali untuk menjinakkan dan menenangkan nafsu itu.

Sifat sombong kita, misalnya, yang sudah menjadi perangai dan akhlak kita sekian lama, sulit untuk dibongkar. Kita senantiasa meninggikan diri terhadap dengan manusia lain, merendah-rendahkan dan menyinggung perasaan orang lain. Apabila kita sadar, kita pun bertekad bulat tidak mau lagi mengulangi perkara yang dibenci Allah itu. Tapi apakah hanya dengan tekad itu kita langsung berubah? Jawabnya, tidak! Nafsu sombong yang sudah bertakhta dalam diri itu akan terus bekerja. Pantang ada orang yang bersalah dengan kita, langsung kita maki-maki orang itu sepuas hati kita. Pantang melihat kelemahan orang lain, terus kita sebut-sebut dan sebarkan hingga terhinalah orang itu. Pantang ada orang menegur, kita singgung orang itu sampai melukai perasaannya.

Kita sadar hal itu dibenci Allah maka kita sangat menyesal selepas setiap kali melakukannya. Tapi kesal itu tidak mengubah kita. Buktinya, apabila terjadi lagi hal-hal yang menantang ego (ke-aku-an) kita, kita pun marah. Menyesal, kemudian buat lagi. Begitulah yang terjadi. Kita ingin untuk terus berubah tapi tidak semudah itu. Nafsu yang sudah terlalu jahat itu terasa susah betul hendak dijinakkan. Kita selalu kalah dalam bermujahadah. Kadang-kadang mati akal dibuatnya. Terasa perihnya berhadapan dengan kejahatan nafsu, padahal umur kita belum 40 tahun, sudah terasa benar susahnya. Apalagi kalau sudah tua, yang nafsu itu pun sudah tua, memang tipis harapan untuk diselamatkan.

Melawan Nafsu Mesti Sejak Anak-Anak

Nafsu yang sudah tua sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu pendidikan hati mestilah dibuat sewaktu masih anak-anak. Jinakkan nafsu sebelum menjadi liar. Latih anak-anak dengan segala kebaikan lahir dan batin sewaktu mereka belum pandai membuat kejahatan. Kemudian lanjutkan hingga ke umur remaja dan dewasa. Insya-Allah barulah nanti kebaikan-kebaikan itu mudah dilakukan. Tidak susah mujahadah lagi. Tapi zaman sekarang, anak-anak orang Islam dari kecil sudah dididik dengan cara Barat, sehingga besar pun dididik oleh orang-orang Barat atau diantar ke sekolah yang menjalankan pendidikan sekuler.

Anak-anak dididik agar tidak kenal Allah, Rasulullah dan alam akhirat, tidak hormat guru dan orang tua, tidak malu, sombong, hasad dengki, mementingkan diri sendiri, tamak, gila dunia, gila pangkat dan pujian, bakhil, dendam dan lain-lain lagi, secara langsung atau tidak langsung. Ilmu sebaik mana pun kalau diberi kepada seorang yang kotor hatinya dan buruk akhlaknya, niscaya akan digunakan ke arah kejahatan juga. Sebab itulah masyarakat kita tidak hidup bahagia lagi karena berhadapan dengan berbagai-bagai masalah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang pandai dan bijak ini.

Suap, mencuri, merampok, menipu, berzina, menyalah gunakan kekuasaan, permusuhan, perebutan kekuasaan, narkoba, minuman keras, memfitnah dan lain-lain. Semakin tua usia seseorang, bukannya semakin baik, tapi semakin rusak. Sebab nafsu dan rohnya semakin tua bersama tuanya badan. Sedangkan jiwanya yang murni tidak berfungsi karena lemah iman dan taqwa.

Untuk memperbaiki keadaan ini, pendidikan Islam mestilah diterima dan dilaksanakan. Bagi yang sudah dewasa rajin-rajinlah mendengar ceramah dakwah dan bersungguh-sungguhlah bermujahadah. Dan bagi yang sudah tua, bertaubatlah banyak-banyak dan bersungguh-sungguh kepada Allah. Mudah-mudahan Allah memelihara kita dari api Neraka.

Catatan mengenai beberapa terminologi dalam artikel ini:

  • Mujahadah: berusaha sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu
  • Zuhud artinya tidak merasa bahwa kekayaan dan harta itu kita yang punya. Zuhud artinya merasakan harta dan kekayaan itu kepunyaan Allah yang perlu dibagi-bagikan kepada yang berhak. Zuhud bukan bermaksud tidak kaya atau tidak berharta. Zuhud artinya mempunyai kekayaan di tangan tapi tidak di hati. Orang yang zuhud ialah orang yang telah memiskinkan dirinya hingga mudah baginya menggunakan kekayaannya untuk masyarakat dan golongan yang memerlukan.
  • Sekuler: pandangan kehidupan yang memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Agama hanya mengatur ibadah pokok (misal shalat, puasa , zakat , dsb) , sedangkan kehidupan dunia yang umum lainnya diatur dengan cara manusia (misal politik, ekonomi, budaya, teknologi dsb).

Referensi

Wednesday, September 28, 2011

Tujuan Pernikahan Yang Kurang Tepat

Rasululah SAW sudah memberikan panduan kepada umatnya tentang apa sebenarnya tujuan pernikahan dalam Islam, serta bagaimana seseorang itu menentukan siapa yang akan dijadikan pasangan hidupnya. Namun pada zaman ini yang terjadi adalah seringnya pernikahan yang tidak dihubungkan dengan Islam:

  • Pernikahan tidak membawa cita-cita Islam.
  • Pernikahan tidak lagi dihubungkan dengan perjuangan Islam.
  • Pernikahan tidak lagi mempunyai cita-cita untuk menegakkan tapak masyarakat dan umat Islam.
  • Pernikahan bukan lagi dengan tujuan-tujuan untuk menyiapkan aset jangka panjang untuk satu perjuangan Islam yang sambung-menyambung.

Pada akhirnya yang menjadi tujuan utama pernikahan adalah banyak tujuan lain dan kriteria lain yang umumnya bersifat keduniaan dan tidak penting dari sisi akhirat. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

  • Pernikahan terutama tujuannya adalah memuaskan nafsu seks, untuk berhibur dan bersenang-senang saja.
  • Pernikahan sekedar untuk mendapatkan anak.
  • Bagi seorang perempuan, pernikahan adalah untuk mendapatkan perlindungan dari suami
  • Supaya tidak kesepian dalam kehidupan
  • Karena malu jadi perawan tua / jomblo.
  • Sekedar untuk mendapatkan ahli waris yang akan mewarisi harta
  • Menikah agar pada waktu tua akan ada yang mengurus dirinya

Perkara-perkara di atas sebenarnya bukan tujuan utama pernikahan. Kalau pernikahan itu dilakukan atas dasar Islam, sebenarnya perkara-perkara duniawi di atas akan otomatis didapatkan.

Pernikahan dengan tujuan yang tidak dihubungkan dengan Islam mempunyai efek buruk seperti berikut ini:

  • Jika ada anak , pendidikan anak-anak tidak murni didasarkan pada tujuan Islam, seringnya pendidikan dilakukan dengan tujuan dunia.
  • Keluarga tidak akan menjadi lahir rumah tangga atau keluarga Islam.
  • Jika Islam tidak dapat ditegakkan di peringkat keluarga, sudah tentu ia tidak lahir di dalam masyarakat, dalam negara, dan lebih-lebih lagi dalam alam sejagat kerana sudah tentu lebih sulit lagi untuk menegakkannya. Akibatnya masyarakat Islam tidak wujud di muka bumi.

Referensi

Tujuan Pernikahan Dalam Islam


Tujuan pernikahan menurut Islam yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
  1. Menjauhkan diri dari zina.
    Allah Taala telah mentakdirkan bahwa lelaki ada nafsu/keinginan kepada perempuan. Perempuan juga ada nafsu dengan lelaki. Hakikat ini tidak dapat ditolak. Kita tidak dapat lari dari dorongan alamiah itu. Oleh karena itu untuk menyelamatkan keadaan maka tujuan kita menikah agar jangan sampai kita melakukan zina yang terkutuk. Mestilah kita menikah agar ia tersalur secara yang halal yang memang dibenarkan oleh Allah Taala yang Maha Pengasih.
  2. Mendapatkan keturunan.
    Daripada hubungan suami isteri itu, adalah sebagai sebab pertemuan benih kedua jenis manusia yang akan melahirkan zuriat (keturunan), anak-anak, cucu-cucu yang ingin sangat kita jaga, asuh, didik, diberi iman dan ilmu, agar menjadi hamba-hamba Allah yang berakhlak dan bertaqwa. Yang akan menyambung perjuangan Islam kita agar perjuangan Islam kita bersambung selepas kita mati. Memang setiap umat Islam yang belum rusak jiwanya sangat menginginkan generasi penerusnya.
  3. Mendapatkan tenaga untuk kemajuan Islam.
    Dari keturunan yang kita dapatkan dari pernikahan, kita inginkan anak yang akan kita didik menjadi seorang Islam yang sejati dan anak itu adalah merupakan aset kepada kita. Anak itu sendiri pula boleh menjadi harta dan tenaga kepada Islam.
  4. Aset simpanan di akhirat.
    Dengan pernikahan itu, jika tujuan kita mendapat anak berhasil, dan berhasil pula dididik dengan Islam dan menjadi seorang muslim yang berguna, kemudian dia akan melahirkan cucu yang juga berjaya dididik secara Islam dengan sebaik-baiknya, berapa banyak pahala yang kita dapat sambung-menyambung. Itu adalah merupakan aset simpanan kita di Akhirat kelak
    Sabda Rasulullah SAW:
    Maksudnya: Apabila meninggalnya anak Adam maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara yaitu doa anak yang soleh, sedekah jariah dan ilmu yang bermanfaat. (Riwayat Muslim)
  5. Mewujudkan suatu masyarakat Islam.
    Alangkah indahnya kalau Islam yang maha indah itu dapat menjadi budaya hidup sebagaimana yang pernah mengisi ruangan dunia ini di masa yang silam, selama tiga abad dari sejak Rasulullah SAW. Sekarang keadaan itu tinggal nostalgia saja. Yang tinggal pada hari ini hanya akidah dan ibadah. Itu pun tidak semua umat Islam mengerjakannya. Kita sangat ingin keindahan Islam itu dapat diwujudkan. Di dalam suasana keluarga pun jadilah, karena hari ini, hendak buat lebih dari itu memang amat sulit sekali. Lantaran itulah pernikahan itu amat perlu sekali karena hendak melahirkan masyarakat Islam kecil. Moga-moga dari situ akan muncul masyarakat Islam yang lebih besar.
  6. Menghibur hati Rasulullah SAW.
    Seorang muslim bukan saja diperintah untuk mencari keredhaan Allah Taala tetapi diperintah juga untuk menghibur hati kekasih Allah Taala yaitu Rasulullah SAW, yang mana Rasulullah SAW sangat berbangga dengan ramainya pengikut atau umatnya di Akhirat kelak. Maka sebab itulah Rasulullah SAW menyuruh umatnya menikah.
    Maksudnya: Bernikahlah kamu supaya kamu berketurunan dan supaya kamu menjadi banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan umatku yang ramai di hari Kiamat. (Riwayat Al Baihaqi)
    Setiap umat Islam hendaknya apa yang menjadi kesukaan Rasul-Nya itulah juga kesukaan mereka.
  7. Menambah jumlah umat Islam.
    Kalaulah Rasulullah SAW berbangga dan bergembira dengan banyaknya umat, maka kita sepatutnya juga berbangga dengan ramainya umat Islam di dunia ini. Maka untuk memperbanyakkannya, lantaran itulah kita menikah. Jadi kita menikah itu ada bermotifkan untuk menambah jumlah umat Islam. Ada cita-cita Islam sejagat. Kita menikah itu ada cita-cita besar, bukan sekadar sebatas hendak melepaskan nafsu seks seperti cita-cita kebanyakan manusia.
  8. Menyambung zuriat/keturunan.
    Menikah itu jangan sampai putus zuriat karena kita berbangga dapat menyambung zuriat yang menerima Islam sebagai agamanya dan dengan keturunan itulah orang kenal siapa asal-usul kita atau mereka.
  9. Menghibur hamba Allah.
    Tujuan-tujuan lain sebagai maksud tambahan daripada pernikahan bahwa setiap lelaki dan perempuan yang menjadi pasangan suami isteri hendaklah meniatkan satu sama lain hendak memberi hiburan kepada seorang hamba Allah Ta'ala yang inginkan hiburan, karena niat menghiburkan orang mukmin itu mendapat pahala.
Demikianlah beberapa tujuan pernikahan yang ada hubungan dengan kemajuan Islam. Nampak bahwa pernikahan itu bukan sekedar untuk memenuhi keperluan nafsu antara laki-laki dan perempuan, namun ada banyak tujuan-tujuan lain yang menghasilkan kemuliaan dalam Islam. Jika sudah memahami tujuan-tujuan tersebut, maka akan lebih mudah dalam memilih orang yang akan dijadikan pasangan hidup.

Selain atas dasar tujuan-tujuan ini, ada juga sebagian orang yang menikah atas dasar tujuan yang kurang kuat.

Referensi

Pertimbangan Memilih Pasangan Hidup

Seseorang dalam memilih jodoh / pasangan hidup baik lelaki atau perempuan pada umumnya dilakukan berdasarkan berbagai sudut dan aspek. Berikut ini berbagai sudut dan aspek yang dijadikan kriteria dalam memilih pasangan hidupnya tersebut:
  1. Berdasarkan penampilan fisiknya.
    Kalau laki-laki, memilih istri berdasarkan kecantikan calon istri. Kalau perempuan memilih suami berdasarkan kegagahan dan tampannya seorang lelaki. Memilih pasangan hidup berdasarkan kriteria ini amat berbahaya. Keadaan fisik orang sangat mudah berubah. Kecantikan seorang perempuan dan ketampanan seorang laki-laki mudah hilang berdasarkan umur. Kalau seorang perempuan itu sudah tidak cantik lagi dan suami sudah tidak begitu tampan, efeknya adalah daya tarik antara suami-istri melemah. Kurang ada tarikan untuk hubungan suami isteri sebab birahi sudah lemah. Apalagi di zaman ini di luar rumah (seperti di tempat kerja) pergaulan laki-laki perempuan seringnya bebas, daya tarik kepada perempuan atau lelaki lain lebih besar daripada kepada isteri atau suami sendiri, sehingga di waktu itu antara pasangan suami istri mudah saja untuk bertengkar atau bercerai.

    Pada keadaan ini, kalau tidak bercerai pun oleh karena anak sudah banyak, karena tidak mau berpisah dengan anak-anak, namun hubungan suami isteri sudah tidak indah lagi. Kerenggangan dan marah-marah pun mudah terjadi . Singgung menyinggung pun terjadi. Mudah saja saling benci membenci. Kalau begitu di hilanglah keindahan berkeluarga , dan juga memberi tekanan psikologi kepada anak-anak. Anak-anak akan menjadi korban, mungkin mereka akan menjadi liar, jauh dengan orang tua, benci tinggal di rumah, suka mencari hiburan di luar rumah, maka mudahlah terjebak dan terlibat dengan narkoba, rokok, minuman keras, pergaulan bebas, mungkin terlibat dengan zina dan berbagai kriminalitas karena berasal daripada rumah tangga yang tidak bahagia dan tidak harmoni.
  2. Berdasarkan kekayaannya.
    Ada orang memilih jodoh baik lelaki atau perempuan karena kekayaannya. Dia mungkin kaya karena gajinya besar, karena dia dari keturunan orang kaya atau sebab-sebab lain. Ini juga amat berbahaya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
    • Kekayaan mudah hilang. Dapat saja terjadi dengan takdir Allah Taala, si isteri atau suami itu dipecat. Dapat terjadi kekayaan yang ada itu habis atau dia jatuh miskin karena berbagai-bagai sebab Di waktu itu sudah tentu akan terjadi kerenggangan di antara suami isteri karena dari awal memang perekat antara suami-istri adalah kekayaan tersebut.. Mulailah tidak senang satu sama lain, benci-membenci pun dapat terjadi. Masam-masam muka pun terjadi. Pertengkaran dan krisis rumah tangga pun terjadi. Pintu perceraian pun terbuka. Kalau tidak bercerai pun hal ini dilakukan karena tidak mau berpisah dengan anak-anak atau karena hendak menjaga status diri. Tapi apalah artinya lagi rumah tangga yang sentiasa bergolak dan bergelora macam air laut yang sentiasa bergelombang. Yang akan lemas adalah anak-anak yang tidak berdosa, anak-anak juga akan mengalami seperti yang sudah kita ceritakan di atas.
    • Istri kurang hormat pada suami.
      Biasanya seorang lelaki menikah dengan perempuan karena kekayaannya, si isteri tidak begitu hormat dengan suaminya. Ini karena dia merasakan bahwa dialah yang menanggung suaminya. Atau kalau dia tidak menanggung pun, dia merasakan dapat berdikari tanpa pemberian suami. Ada suami atau tiada suamikah, dia sanggup hidup sendiri karena memiliki kekayaan.

      Dengan sebab itu lama-kelamaan taat dan setianya kepada suami itu akan berkurang. Bahkan kalau suami itu bersandar hidup dengan isteri, isteri biasanya memperbudak suaminya sesuka hati. Di arah ke sana, arah ke sini, suruh itu, suruh ini, dia akan kontrol suami sesuka hati . Akhirnya wibawa suami tergugat, kuasa suami sudah tiada lagi, bahkan takut kepada bini atau bapak mertua atau ibu mertua.

      Namun demikian hal ini tidak menjadi masalah bagi perempuan yang solehah & bertaqwa. Bahkan pada zaman dulu ada perempuan kaya yang sengaja mencari suami soleh supaya dia mudah untuk mendermakan harta yang dia miliki.

  3. Berdasarkan keturunan.
    Ada orang menikah karena keturunan seperti keturunan orang-orang yang bangsawan, umpamanya keturunan raja, keturunan Datuk-Datuk atau keturunan orang-orang besar. Kalaulah pernikahan itu atas dasar itu saja yang tidak ada bersangkutan dengan agamanya, ini amat berbahaya lebih-lebih lagi kalau keturunan bangsawan itu adalah isteri. Di waktu-waktu berselisih faham dia akan menyebut-nyebut keturunannya dan dia akan menghina keturunan suami. Atau biasa orang berketurunan bangsawan itu kalau tidak ada agama, dia sombong dengan suami, atau keluarganya memandang rendah terhadap suami hingga suami akan terasa terhina atau merasa rendah. Di sini dapat mencacatkan kebahagiaan dan keharmonian suami di dalam rumahtangga.
  4. Menikah karena agamanya. Seorang menikah baik lelaki atau perempuan karena agamanya, itulah yang tepat. Itulah yang dituntut oleh syariat Islam.
    Rasulullah SAW bersabda:
    Maksudnya:" Dinikahi perempuan itu karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Tetapi ambillah perempuan yang beragama supaya beruntung hidupmu." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
    Hal ini adalah dipuji oleh Allah dan Rasul karena menikah di atas dasar agama itu, baik dia cantik atau tidak, kaya atau miskin, bangsawan atau orang biasa, masing-masing tetap merendah hati, berakhlak mulia, suami kasih dengan isteri, isteri menghormati suami, suami memberi tanggungjawab terhadap isteri, isteri juga memberi tanggungjawab kepada suami. Akan berlaku tenggang rasa, isteri mengutamakan suami, suami bertimbang rasa dengan isteri, ada kerjasama, masing-masing berlomba-lomba hendak layan-melayan satu sama lain, maaf-bermaafan, isteri memandang hormat dengan suaminya, suami senantiasa belas kasihan dengan isteri, kedua-dua keluarga dihormati, Allah Taala sentiasa dibesarkan melalui ibadah yang berbagai jenisnya. Perjalanan hidup Rasul dijadikan tradisi kehidupan mereka. Allah, Rasul, Syurga, Neraka, dosa, pahala, menjadi bahan percakapan. Walaupun berusaha mencari kekayaan dunia namun ia dipandang kecil, bukan menjadi tujuan, bukan menjadi bahan perbincangan. Akhirnya dunia selamat, akhirat selamat. Wujudlah kebahagiaan dan keharmonian di dalam rumahtangga.

Referensi

Tuesday, September 27, 2011

Penyebab Hidayah Hilang Dari Seseorang

Hidayah dan taufik kalau kita tidak pandai menjaganya akan diambil atau akan hilang dari kita. Di waktu itu kita akan hidup terombang-ambing. Tidak ada disiplin, tiada istiqamah, malas beramal, mudah melakukan maksiat, jiwa derita dan sengsara walaupun punya kekayaan yang banyak dan serba ada.
Di antara sebab-sebab hidayah dan taufik ditarik balik adalah sebagai berikut:
  1. Kita durhaka pada guru kita yang pernah memberi pengajaran kepada kita dan lari dari pimpinan guru. Di waktu itu kita kehilangan pemimpin. Maka hidup kita akan terombang-ambing tak tentu arah.
  2. Durhaka kepada orang tua, apabila kita sia-siakan kedua-duanya, kita biarkan ibu dan bapak kita tidak terurus dan terjaga. Apalagi kalau dia sampai marah atau rasa tidak senang dengan kita.
  3. Apabila jiwa kita telah terpengaruh dengan dunia, kita akan merasa tidak suka beribadah, atau mulai terasa berat mengerjakannya, maka perlahan-lahan akan luntur hidayah tersebut dan dengan halal dan haram mulai tidak dihiraukan sehingga perasaan takut kepada Tuhan perlahan-lahan dihapus dari hati kita hingga akhirnya hilang sama sekali.
  4. Menzalimi orang. Dengan sebab menzalimi, rasa takut kepada Tuhan sedikit demi sedikit dicabut. Selepas itu lalai akan datang. Malas beribadah. Kemungkaran dan maksiat sedikit demi sedikit sudah berani dibuat. Begitulah seterusnya hingga hanyut dan tenggelam di dalam maksiat.
  5. Mulai bergaul bebas dengan orang-orang yang tidak menjaga syariat. Kemudian bertambah merasa senang dengan kebebasan itu. Lalu kelepasan bertambah suka dengan perbuatan tersebut dan setelah itu langsung hanyut dalam arus kemungkaran dan maksiat. Perasaan takut dengan Tuhan pun lenyap.
Demikianlah beberapa perkara yang dapat menghapuskan hidayah dan taufik dari diri kita. Untuk itu hindarilah perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkan hidayah hilang, serta menjaga perkara-perkara yang dapat menjaga hidayah dan taufik dalam diri kita.

Referensi

Menjaga Hidayah Dan Taufik

17: Antara Sebab Seseorang Mendapat Hidayah.html
Telah diungkapkan bahwa hidayah adalah sesuatu yang mahal namun dapat hilang. Untuk itu perlu ada usaha-usaha untuk menjaga dan memelihara hidayah dan taufik agar kekal menjadi milik kita atau agar ia tidak hilang dari kita. Di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kita harus bersyukur atas nikmat Tuhan yang paling berharga itu. Kita rasakan bahwa ia adalah nikmat dan pemberian yang tidak ternilai.
  2. Kita beristiqamah mengamalkannya dengan tekun serta penuh rasa takut dan cemas kalau Allah SWT mengambilnya kembali atau takut kalau Allah Taala tarik kembali.
  3. Mestilah selalu bermujahadah (berjuang melawan hawa nafsu) dengan penuh sabar. Terutama di waktu-waktu merasa malas hendak mengerjakan kebaikan dan terasa ringan ingin melakukan kemungkaran/kejahatan.
  4. Selalu bergaul dengan kawan-kawan yang baik. Karena sangat membantu kita dalam menjaga syariat kita di dalam kehidupan sehari-hari dan kita akan merasa bahwa kita ada kawan dalam berbuat kebaikan.
  5. Kalau kita memang orang yang ada pemimpin, jangan sampai terlepas dari pimpinan tesebut. Adanya pimpinan itu perlu karena kita akan sentiasa mendapat nasihat, pengajaran serta ilmunya yang diberi dari waktu ke waktu.

Referensi

Hidayah adalah sesuatu yang perlu dijaga

Hidayah dan taufik adalah merupakan hal-hal maknawi / rohaniah yang sangat berharga. Ibaratnya adalah seperti intan berlian dalam dunia fisik. Keduanya hal ini sangat berharga. Dalam dunia fisik, orang yang memiliki intan berlian dianggap orang kaya dan mulia. Begitulah orang yang memiliki hidayah dan taufik, ibaratnya memiliki intan berlian maknawi dan rohani, orang tersebut adalah orang yang kaya di sisi Allah. Ia telah mendapat segala-galanya. Siapa saja yang mempunyainya, hidupnya terpimpin. Akhlaknya mulia. Syariatnya terjaga. Imannya teguh dan bercahaya dan ia menjadi orang yang berbahagia.
Namun demikian perlu diingat juga bahwa hidayah dan taufik dapat hilang, seperti juga barang yang berharga duniawi seperti emas, intan, berlian. Oleh itu harus dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya agar tidak hilang dari kita. Barang yang hilang dari kita, susah untuk mendapatkannya kembali melainkan kita terpaksa harus bersusah payah berusaha mencarinya semula. Kalau tidak ia akan tetap hilang dari kita untuk selama-lamanya.
Karena itu Allah SWT, mengingatkan kita di dalam sepotong ayat Al Quranul Karim yang berbunyi:
Artinya:
"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau gelincirkan hati-hati kami selepas Engkau memberi kami petunjuk dan kurniakan kami dari sisi-Mu akan rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi." (Ali Imran: 8)
Dari ayat tersebut nampak bahwa hidayah itu bukan sesuatu yang bersifat kekal, maka dari itu hidayah perlu dijaga. Oleh karena itu kita perlu minta sungguh-sungguh pada Allah agar hidayah tidak hilang dari kita, serta berusaha keras agar hidayah tidak hilang.

Referensi