Catatan: tulisan di bawah ini bukan 100% tulisan saya, melainkan
adalah modifikasi dari tulisan kawan saya, Adnan Basalamah. Moga-moga
tulisan ini dapat lebih menjelaskan pengertian konsep Satrio Piningit
dan Ratu Adil.
Dalam kisah zaman dulu, sering terjadi suatu kaum yang tertimpa
masalah besar. Pada akhirnya masalah tersebut hanya dapat diselesaikan
di bawah seorang pimpinan yang bertaraf Nabi, Rasul atau pemimpin
yang ditunjuk oleh Nabi/Rasul. Nabi/Rasul jelas ditunjuk oleh wahyu
melalui malaikat Jibril, sedangkan jika pemimpin tersebut ditunjuk
oleh Nabi/Rasul, pada hakekatnya Nabi/Rasul tersebut mendapat wahyu
dari Allah untuk menunjuk pemimpin tersebut.
Dari fakta sejarah tersebut nampak bahwa pemimpin kebenaran
ditetapkan oleh wahyu dari Allah, bukan hasil pemilihan rakyatnya.
Malah yang lebih sering terjadi adalah kebanyakan rakyat tidak memilih
pemimpin tersebut, rakyat malah lebih cenderung menolak pemimpin
tersebut.
Kisah Nabi Samuel menunjuk pemimpin
Sebagai rujukan, ada sebuah sebuah kisah dalam Al Quran yang
menceritakan tentang hal ini. Diceritakan dalam Al Baqarah 246 :
“Apakah
kamu tidak memperhatikan pemuka pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa,
yaitu ketika mereka berkata kepada Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami
seorang raja supaya kami berperang dibawah pimpinannya di jalan
ALLAH”. Nabi mereka (Nabi Samuel) menjawab, “mungkin sekali jika kamu
nanti diwajibkan berperang kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab
: “Mengapa kami tidak mau berperang padahal kami sesungguhnya telah
diusir dari kampung halaman kami dan anak anak kami”. Maka Tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa
orang orang yang zalim“.
Ayat ini menceritakan kondisi Bani Israil setelah jaman Nabi Musa,
ketika mereka dijajah oleh sebuah bangsa yang sangat perkasa, yang
dipimpin oleh seorang raja yang sangat perkasa dan berbadan tinggi
besar, yang bernama Jalut (Goliath). Bani Israil tidak berdaya melawan
bangsa tersebut, mereka terusir dari tanah mereka, dan mereka pun
akhirnya mendatangi Nabi mereka, yaitu Nabi Samuel, untuk berdoa
kepada Tuhan agar diturunkan seorang pemimpin, (Satrio Piningit versi
Bani Israel). Ini adalah karakteristik umum manusia, mereka baru ingat
kepada Tuhan ketika kondisi mereka sudah sangat terdesak. Inilah juga
sebab mengapa istilah Satrio Piningit selalu populer ketika suatu
bangsa dalam keadaan kesulitan luar biasa.
Walhasil, nabi Samuel pun berdoa kepada Tuhan. Doa ini dikabulkan,
dan Tuhan wahyukan bahwa pemimpin itu, Satrio Piningit itu, adalah
Thalut, Seorang lelaki sederhana dari pedesaan, berbadan kekar dan
tegap, yang berprofesi sebagai petani. Pendeknya, dia adalah orang
biasa.
Thalut ditolak para pemuka
Kemudian apa yang ditakutkan Nabi Samuel di ayat diatas menjadi
kenyataan. Pemuka-pemuka bani israil menolaknya. Mereka berkata “
mana mungkin seorang petani biasa menjadi pemimpin bagi kami kami yang bangsawan dan berpendidikan tinggi dan jenius ini“. Thalut ditolak karena dia dianggap orang biasa. Padahal Tuhan sudah menunjuknya.
Inilah Kisah Kepahlawanan
Thalut yang perkasa
Bukan Nabi bukannya Rasul
Tapi, pilihan TUHAN
Bani Israil, Mereka ditindas, Jalut (Goliath) yang sangat kejam
Mereka memohon
Kepada TUHAN
Datangkan penyelamat..
Nabi Samuel?
Mendapat wahyu?
TUHAN kabulkan permohonannya
Ditunjuk Thalut
Tapi Ditolak KARENA ORANG BIASA
Thalut tetap berjuang
Walaupun golongan atas menolak kedatangan Thalut, masih banyak juga
golongan bawahan yang menaruh harapan padanya. Awal awalnya, pengikut
Thalut, sang Satrio Piningit ini ada 80000 orang. Tetapi Tuhan tidak
membiarkan Jamaah orang pilihannya tanpa ujian. Sedikit demi sedikit
pengikut Jamaah Thalut ditapis, di saring, di uji dengan berbagai
ujian. Salah satu ujian yang terkenal adalah ketika mereka hendak
berjalan menuju medan peperangan, melewati padang pasir, sampailah
mereka di sebuah sungai. Thalut berkata, “
hendaklah kamu tidak minum dari sungai itu kecuali seteguk saja“.
Tetapi banyak anggota jamaah Satrio Piningit ini yang melanggarnya,
mereka bahkan mandi mandi di sana, bahkan ada yang merencanakan untuk
tinggal dan berkebun di sana, instead of ikut dengan Thalut dan
berperang. “Sudahlah, kita tinggal saja di sini. Di sini nikmat, kita
bisa bercocok tanam, sedangkan kalau kita ikut Thalut, belum tentu
kita menang melawan Goliath yang raksasa itu”. Maka tertapislah
Anggota Jamaah ini tinggal 313 orang saja. Persis seperti jumlah
tentara Badar.
Medan Perang
Ujian datang
Tentara makin berkurang
Mereka menggigil
Ketakutan
Merintih pada Tuhan
Tiada di sangka
Tiada di duga
Tampillah seorang Anak
Dilempar batu
Tumbanglah Jalut
Dialah Daud namanya..
Thalut dan jemaahnya di medan perang
Sampailah mereka ke medan perang. Dan di medan perang itu, 313
tentara Tuhan yang berbaris dibelakang pemimpin yang ditunjukNYA,
harus berhadapan dengan 200000 (ya.. dua ratus ribu) tentara pimpinan
Goliath.
Manusia normal pasti sudah lari ketakutan pada saat itu. Karena
mereka adalah orang yang sudah teruji, mereka tidak lari, hanya takut
saja. Dan ditengah ketakutan mereka itulah, mereka merintih kepada
TUHAN, pergantungan mereka kepada TUHAN luar biasa, karena tidak ada
sesuatupun selain TUHAN yang bisa menolong pada saat saat seperti ini.
Dan Tuhan Menunaikan Janjinya dalam Al Maidah 55 – 56: “
Sesungguhnya
pemimpin kamu itu ALLAH dan RASUL, dan ORANG ORANG MUKMIN yang
mendirikan sembahyang dan yang membayar zakat. Mereka itu patuh dan
rukuk. Barangsiapa menjadikan ALLAH sebagai pemimpinnya, Rasul sebagai
pemimpinnya, dan Orang Mukmin sebagai pemimpinnya, itulah dia PARTAI
ALLAH. Sesungguhnya PARTAI ALLAH itu pasti mendapat kemenangan.“
Daud mengalahkan Jalut (Goliath)
Pada saat itu Goliath berdiri di depan tentaranya, serta menantang
nantang, siapa diantara tentara Thalut yang berani menantangnya duel
satu lawan satu. Sombong dan Angkuhnya dia. Maka diatas Tapak Jamaah
yang sudah dibangun oleh Satrio Piningit ini, Tuhan turunkan RATU
ADIL. Muncullah seorang anak kecil berusia 12 tahun, menantang Jalut.
Inilah dia Daud Melawan Jalut, David vs Goliath. Daud melempar batu,
mengenai lutut Jalut, Jalut terjatuh, Daud pun maju mengambil pedang
Jalut dan ditusukkan nya pedang itu ke tubuh Jalut. Jalut pun mati
seketika.
Melihat seorang anak kecil 12 tahun mampu mengalahkan pemimpin mereka
yang paling perkasa, tentara jalut pun berpikir : “Kalau seorang anak
kecil saja bisa mengalahkan pemimpin kita yang paling perkasa, lalu
bagaimana dengan abang abang dan paman pamannya yang berbaris di
belakang sana itu ? Mesti habislah kita di bunuhnya..? Maka lari
tunggang langganglah tentara Jalut. Dan Bani Israil menang tanpa
berperang.
Itulah kisah Satrio Piningit dan Ratu Adil Bani Israel. Satrio
Piningit yang bernama Thalut ditunjukkan oleh Tuhan, membangunkan
tapak jamaah, mendidik anggotanya, Tuhan uji dia dengan berbagai
kesusahan dan ujian sehingga hanya tinggallah sedikit orang saja.
Dengan sedikit orang ini, dengan kondisi yang akal sudah mengatakan
bahwa tidak mungkin yang sedikit ini menang melawan yang besar, Tuhan
tunjukkan bahwa Kemenangan Bukan karena Jumlah, bukan karena banyaknya
pemilih dan pemilu, bukan karena kekuatan senjata, tetapi Karena takwa
kepada ALLAH. Taqwa itulah yang menjadi sebab TUHAN menurunkan
bantuan. “
Wallahu Waliyul Muttaqin“. Tuhan menjadi pembela bagi orang orang yang bertakwa.
Diatas tapak golongan yang sudah teruji inilah maka Tuhan turunkan
Ratu Adil. Nabi Daud adalah Raja yang Adil.
Ratu Adil tidak akan muncul kalau Jamaah Satrio Piningit nya belum wujud dan mencapai taraf taqwa.
Pada
Ratu Adil, pada Nabi Daud inilah Tuhan beri
kelebihan kelebihan. Suaranya begitu merdu sehingga gunung gunung dan
burung burung bertasbih bersamanya. Dan Tuhan lunakkan besi untuknya
sehingga dengan tangannya dia bisa membuat baju besi untuk melindungi
diri dari serangan musuh. [Saba' : 10-11] Itulah mukjizat yang Tuhan
Anugrahkan untuk masa itu.
Dan InsyaALLAH , dalam waktu yg tidak terlalu lama, Tuhan akan turunkan seorang Ratu Adil yaitu
Imam Mahdi, Seorang Wali ALLAH dengan karomah yang sesuai untuk zaman ini.
Wabihi Wallahu Alam