Kalau kita lihat dari sejarah para rasul yang disebut dalam Al Quran, mereka semua adalah orang-orang luar biasa. Namun demikian, di antara sekian banyak rasul, hanya tiga orang saja yang memerintah suatu negara, yaitu Nabi Sulaiman a.s, Nabi Daud a.s dan Rasulullah SAW. Rasul-rasul yang lain hanyalah sebagai pemimpin, namun tidak memerintah. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, hanya 12% (3 dari 25) dari para Rasul yang sampai memerintah suatu negara. Jadi sebaiknya kita tidak usah mati-matian mengajukan diri untuk memerintah orang lain. Tentunya akan jadi pertanyaan, kalau masing-masing kita tidak mengajukan diri menjadi pemimpin, bagaimana nantinya proses memilih pemimpin? Hal ini akan dibahas tersendiri di artikel selanjutnya.
Sebagai perbandingan kesusahan pemimpin dan pengikut, kita dapat merujuk kepada kisah pertemuan Nabi Khidir dengan Nabi Musa a.s., yang disebutkan dalam Al Quran, surat Al Kahfi ayat 60 sampai dengan ayat 82.
Nabi Musa a.s adalah pemimpin bani Israel, sedangkan nabi Khidir adalah seorang nabi yang diberi wahyu untuk beramal soleh, namun tidak ditugaskan memimpin suatu kaum. Dalam proses selanjutnya kita lihat bahwa Allah menukar peranan masing-masing. Nabi Musa yang asalnya pemimpin dijadikan sebagai pengikut nabi Khidir. Nabi Khidir yang bukan pemimpin, dijadikan pemimpin. Di sini seolah-olah Allah hendak tunjukkan apa yang terjadi jika pemimpin dan pengikut bertukar tempat. Apakah mereka akan sukses?
Setelah mereka bertemu, Nabi Musa pun menyatakan akan ikut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir yang kini jadi pemimpin berkata, "Kalau hendak ikut aku, jangan bertanya-tanya apa pun".
Jadi, mereka pun melanjutkan perjalanan lalu terjadilah peristiwa aneh pertama. Nabi Khidir membocorkan sebuah perahu. Nabi Musa tidak tahan dan bertanya, padahal dia sudah berjanji tidak akan bertanya. Nabi Khidir pun mengingatkan Nabi Musa untuk tidak bertanya. Nabi Musa meminta maaf dan Nabi Khidir pun memberi kesempatan lagi kepada Nabi Musa untuk mengikutinya.
Mereka berjalan lagi dan kemudian terjadi peristiwa aneh kedua. Nabi Khidir membunuh seorang anak. Kejadian ini tentu saja nampaknya melanggar syariat Allah. Nabi Musa tidak tahan, dia bertanya lagi mempersoalkan tindakan Nabi Khidir. Sekali lagi dia diingatkan oleh Nabi Khidir akan janjinya.
Setelah itu, terjadilah peristiwa aneh yang ketiga, Nabi Khidir memperbaiki sebuah dinding rumah yang hampir roboh. Sekali lagi lagi Nabi Musa tidak tahan untuk bertanya, maka akhirnya Nabi Khidir pun memutuskan untuk berpisah.
Dari kisah di atas, nampak bahwa keduanya gagal. Nabi Khidir gagal bertindak sebagai pemimpin, Nabi Musa pun gagal bertindak sebagai pengikut.
- Kegagalan pemimpin di sini adalah karena tidak sabar menghadapi pengikut. Allah beri nabi Khidir ilmu wahyu yang luar biasa yang tidak diberikan kepada orang lain termasuk Nabi Musa, namun Allah tidak kuatkan kesabaran nabi Khidir seperti kesabaran seorang Rasul.
- Kegagalan pengikut di sini adalah tidak sanggup taat terhadap perintah pemimpin. Perintah pemimpin di sini memang aneh, karena bersumber kepada informasi wahyu yang diberikan kepada pemimpin namun belum dibagi kepada para pengikut.
- Salah satu ciri pemimpin kebenaran adalah Allah akan bekalkan kesabaran yang luar biasa kepadanya. Orang lain tidak dapat mengerjakan dan tidak akan tahan. Nabi Khidir tak tahan menghadapi 3 pertanyaan dari Nabi Musa, namun kita lihat bahwa Nabi Musa selanjutnya tersesat di padang pasir 40 tahun lamanya sebagai pemimpin Bani Israil. Jika bukan karena kesabaran luar biasa menghadapi bani Israel, tentu Nabi Musa tak akan tahan memimpin bangsa Israel yang terlalu banyak tanya (seperti kisah sapi betina dalam surat Al Baqarah)
- Menjadi pengikut kepada pemimpin kebenaran (yang bukan pemimpin biasa) juga susah. Susah untuk dapat taat 100%. Ada perbuatan pemimpin yang sedikit saja berbeda dengan si pengikut, maka para pengikut sudah persoalkan. Ada perkara yang aneh sedikit , pengikut merasa pemimpin tidak betul, padahal seorang pemimpin kebenaran akan Allah bekalkan banyak perkara aneh (mukjizat / karomah).
- Untuk menjadi pemimpin, periksa diri kita, apakah sudah punya sikap sabar.
- Untuk memilih seorang pemimpin, perlu diperiksa apakah calon tersebut adalah orang yang sabar
- Untuk mau jadi pengikut kepada seseorang, periksa dulu apakah dia adalah pemimpin yang membawa kebenaran.
- Untuk jadi pengikut kepada seorang pemimpin kebenaran, bersiap-siaplah untuk taat kepada pemimpin tersebut, karena pasti banyak ujian dan cobaan.
- Allah berhak memberi kelebihan kepada pemimpin kebenaran di atas para pengikutnya. Dalam kasus ini kelebihan tersebut adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi Khidir namun tidak diberikan kepada Nabi Musa.
- Jika kita ternyata tidak menjadi pemimpin, janganlah kecil hati dan bersyukurlah bahwa Allah tidak memilih kita jadi pemimpin, karena takutnya ternyata kita tidak layak. Bila ternyata tidak layak, maka kita akan dapat menjadi sumber kerusakan bagi manusia lain.
No comments:
Post a Comment
Silakan meninggalkan komentar anda terhadap artikel ini